Rabu, 29 Mei 2013

GENERASI DAMBAAN UMAT

Islam merupakan agama yang tidak saja mengatur kehidupan ritual, tetapi juga memiliki seperangkat aturan dan hukum yang menata seluruh bentuk interaksi antar umat manusia di dunia.  Kesempurnaan Islam ini telah terbukti mampu mengubah generasi yang tadinya ummiy (buta huruf) dan jahiliy (bodoh/rusak) menjadi sebuah generasi yang mumpuni.  Bahkan mampu membangun sebuah peradaban manusia yang khas, yang menyinari hampir seluruh bangsa di dunia dan kejayaannya bertahan selama empat belas abad.

Faktor yang paling menentukan kualitas generasi Islam adalah keimanan dan keilmuannya.  Oleh karena itu generasi dambaan umat yaitu generasi yang cerdas dan peduli terhadap permasalahan bangsanya, dapat didefinisikan sebagai “individu-individu shaleh yang sekaligus mampu menjawab tantangan perkembangan jaman dengan solusi yang diberikan Islam dan menguasai sains dan tekonologi.  Karakteristik generasi inilah yang menjadi tujuan dan target diharapkan sebagai produk pendidikan Islam. Pemimpin yang idel diharapkan akan lahir dari generasi yang memiliki karakteristik tersebut. Secara rinci gambaran generasi cerdas, generasi peduli ummat ialah sebagai berikut:

 

Pertama, generasi yang berkepribadian Islam (syakhshiyyah Islamiyyah)

Sosok generasi yang ber-syakhshiyyah Islamiyyah adalah generasi yang memiliki keimanan kuat terhadap Islam (aqidah Islam), lalu aqidah Islam tersebut dijadikan sebagai landasan dan standar satu-satunya dalam berfikir (aqliyah) dan bersikap (nafsiyah).  Semua aktivitas dan problem dalam kehidupan ditata dan diselesaikan berdasarkan petunjuk yang datang dari Islam (Syariah Islam).

Generasi yang ber-syakhshiyyah Islamiyyah memiliki gaya hidup (way of life) yang khas, dimana segala aktivitasnya didasarkan  pada aqidah IslamTak peduli apakah gaya hidup Islamnya di mata masyarakat kebanyakan dianggap sesuatu yang aneh.  Karena mereka sadar bahwa saat ini Islam memang telah menjadi sesuatu yang asing, bahkan bagi umatnya sendiri.  Umat Islam telah jauh dari memahami Islam apalagi menerapkannya, kecuali hanya dalam perkara ibadah mahdloh saja.  Sementara dalam masalah pakaian, makanan, pergaulan, mu’amalah, hak dan kewajiban dalam keluarga, penataan interaksi di masyarakat dan penataan sistem kenegaraan, masyarakat mengambil sistem hidup Kapitalis sekuler dan membuang jauh sistem hidup Islam.

Bagi generasi yang ber-syakhshiyyah Islamiyyah, kenyataan yang ada di masyarakat bukanlah parameter mereka dalam berbuat, tetapi aqidah Islamlah yang harus dipegang kuat.  Mereka yakin bahwa hanya Islam yang dapat menyelamatkan kehidupan manusia di dunia dan di akhirat.  Sehingga ketika mereka melihat kenyataan yang berbeda dan bertentangan dengan aqidah Islam, akan menjadi tantangan bagi mereka untuk mengubahnya.  Secara proaktif generasi yang ber-syakhshiyyah Islam akan terus menerus melakukan perubahan di masyarakat menuju kehidupan yang Islami.  Generasi ber-syakhshiyyah Islam akan berusaha semaksimal mungkin menjadi teladan dan motor perjuangan Islam yang nyata di tengah masyarakat.

 

Kedua, generasi yang menguasai ilmu-ilmu keislaman (tsaqofah Islam)

Syakhsiyah dan tsaqofah Islam tidak bisa dipisahkan. Generasi cerdas, generasi yang peduli terhadap permasalahan bangsanya akan memecahkan berbagai persoalan dengan berpatokan kepada aqidah dan hukum-hukum Islam. Karena itu, penguasaan terhadap tsaqofah (ilmu-ilmu) Islam merupakan suatu keharusan. Ibnu Sina, misalnya, dalam usia 10 tahun telah hapal dan memahami Al-Qur’an dengan sempurna. Tsaqofah Islamiyah meliputi: aqidah Islam, bahasa Arab, Akhlak, Sirah Nabawiyyah, ilmu dan tahfidh qur’an, fiqh fardiyyah (ibadah, makanan, minuman, dan pakaian), pemikiran Islam, usul fiqh, fiqh muamalah, dakwah Islamiyyah, dan ilmu dan tahfidh hadits

 

Ketiga, generasi yang menguasai ilmu kehidupan (sains dan teknologi)

Ilmu tentang kehidupan (sains dan teknologi) diperlukan agar umat Islam dapat meraih kemajuan material dan memperoleh kehidupan yang lebih baik. Imaam Al-Gazali membagi ilmu  dalam dua kategori ditinjau dari sisi kewajiban menuntutnya. Pertama, fardlu a’in, yakni ilmu yang wajib dipelajari oleh setiap individu muslim. Tsaqofah Islam masuk kategori ini. Kedua, ilmu yang dikategorikan sebagai fardlu kifayah, yakni ilmu yang wajib dipelajari oleh sebagian umat Islam. Yang masuik kategori ini ialah sains dan teknologi seperti kedokteran, pertanian, teknik, dan lain sebagainya.

 

Keempat, generasi yang berjiwa pemimpin

Penerapan Syariah Islam tidak hanya dikhususkan untuk umat Islam saja, tetapi merupakan rahmat bagi seluruh manusia dan mensejahterakan kehidupan dunia.

“Dan tidaklah Kami mengutus kamu (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya [21]: 107).

Karakter Islam yang demikian itulah yang mendorong umatnya untuk menyebarkan dan memperjuangkan Islam demi tegaknya Syariah Islam di muka bumi, karena Islam tidak sekedar memperbaiki individu, tapi juga masyarakat, Negara dan dunia seluruhnya.  Hal ini yang menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kepemimpinan dalam diri umat atau generasi Islam.  Generasi yang tidak hanya mementingkan kesenangan hidup di dunia dengan mengejar materi, bermain-main dan berhura-hura (gaya hidup materialistik hedonistik).  Tetapi sebuah generasi yang serius dan sungguh-sungguh dalam memperjuangkan tegaknya Syariah Islam hingga menyinari seluruh alam.  Generasi yang memberikan keteladanan dan mengajak umat manusia untuk mengambil jalan Islam.

Generasi yang berjiwa pemimpin tampak dari tanggung jawabnya terhadap segala aktivitas dalam kehidupannya.  Pemahaman Islam yang mengkristal pada dirinya mendorong untuk siap bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya.  Baik pemimpin bagi dirinya, keluarganya, masyarakat, bahkan umat di seluruh dunia.  Mereka mengerti betul bahwa hidupnya sarat dengan amanah, dan kelak harus dipertanggung jawabkan kepada Sang Kholiq,  Allah SWT.  Rasulullah SAW bersabda:

Dan amir itu adalah pemimpin yang mengurusi urusan umat, dan dia bertanggung jawab dengan segala urusannya”. (HR Muslim).

Sesungguhnyah Allah akan menanyakan kepada mererka apa yang telah mereka lakukan”. (HR Muslim).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar